Sabtu, 21 Mei 2016

konsep laba



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN LABA
Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang, tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut. Oleh karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda tentang konsep laba yaitu sebagai berikut :
Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. (Belkaoui : 1993)
Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. (Commite On Terminology, Sofyan Syafri H : 2004)
Laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. (Stice, Skousen : 2009)
Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih.(Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)

2.1.1 KARAKTERISTIK LABA
Dari berbagai definisi laba di atas, dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual memiliki karakteristik umum sebagai berikut:
1.      Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
2.      Perubahan terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi kemakmuran awal dan kemakmuran akhir
3.      Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan
Kemakmuran dapat berupa aset bersih perusahaan, modal pemegang saham, kekayaan, investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun yang dapat dinilai dengan uang.
2.1.2. FUNGSI PERHITUNGAN LABA
Perolehan laba perlu diketahui karena merupakan informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Laba yang secara umum dihitung berdasarkan selisih lebih pendapatan dan biaya diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:
1.              Indikator efisiensi penggunaan modal atau biaya
2.              Pengukur prestasi atau kinerja management
3.              Alat motivasi bagi management dalam pengelolaan perusahaan
4.              Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
5.              Dasar penghitungan deviden
6.              Dasar pembagian kompensasi dan bonus
7.              Pedoman dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
8.              Dasar peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan datang

2.1.3. JENIS-JENIS LABA
Laba yang menjadi dasar pengukuran laporan keuangan dibedakan menurut kelompok penerima, yaitu tergantung fungsi dan tujuan pemakaiannya. Secara ringkas, laba berdasarkan penyajiannya untuk masing-masing kelompok penerima dibagi menjadi lima jenis.
No.
Jenis Income
Penerima InformasiIncome
Perhitungan Income
1.
Value Added
Karyawan, Pemilik, Kreditur, dan Pemerintah
Harga jual produk – Cost yang dikeluarkan
2.
Enterrprise Net Income
Pemegang saham, Pemegang obligasi, dan Pemerintah
(Revenue – Expenses) +
(Gains – Loses) tidak termasuk Biaya bunga, Pajak penghasilan, dan Pembagian deviden
3.
Net Income to Investors
Pemegang saham dan Pemegang obligasi
Seperti butir dua, namun termasuk Pajak penghasilan
4.
Net Income to Shareholders
Pemegang saham (Preffered stock danCommon stock)
Seperti butir tiga, namun setelah dikurangi bunga obligasi
5.
Net Income to Residual Shareholders
Pemegang sahamCommon stock
Seperti butir empat, namun setelah dikurangi devidenPreferred Stock

3.1. KONSEP LABA
1. Laba Akuntansi dari Segi Sintaktis
Menurut pendekatan sintaktis, laba didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan dan beban. Laba dianggap telah timbul bila terjadi kenaikan nilai dari kekayaan bersih sebagai akibat adanya transaksi. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba.
2. Pendekatan Transaksi (Transactions Approach)
Menurut pendekatan transaksi, laba telah timbul pada saat terjadinya transaksi. Khususnya transaksi eksternal, yaitu transaksi yang terjadi dan melibatkan pihak luar. Laba dapat timbul pada saat terjadinya transaksi pertukaran/penjualan dan terjadinya pengakuan beban.

3.1.1. MANFAAT PENGGUNAAN PENDEKATAN TRANSAKSI
Ada beberapa manfaat dari penggunaan pendekatan transaksi dalam pengukuran laba, yaitu:
1.    Laba dapat dilaporkan menurut berbagai macam kelompok, misalnya menurut produk atau pelanggan.
2.    Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada pada akhir periode.
3.    Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai tujuan.
4.    Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang lainnya.

3.1.2. PENDEKATAN AKTIVITAS (ACTIVITIES APPROACH)
Dalam pendekatan aktivitas, tidak dilihat ada tidaknya transaksi, melainkan apakah kegiatan telah berlangsung. Dengan perkataan lain, laba akan timbul bersamaan dengan berlangsungnya aktivitas. Misalnya, mulai dari perencanaan produksi, proses produksi, dan penjualan, maka laba dianggap telah terbentuk/terhimpun/earned.
Manfaat dari penggunaan pendekatan aktivitas ini, yaitu informasi laba dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan. Misalnya, untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas tiap-tiap kegiatan.
Kebaikan pendekatan kegiatan adalah:
1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan surat berharga yang ditujukan pada usaha memperoleh capital gain.
2. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda.
Perbedaan yang mendasar pada kedua pendekatan tersebut adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan kepada proses pelaporan yang mengukur peristiwa ekstern, yaitu transaksi; sedangkan pendekatan kegiatan didasarkan kepada konsep dunia yang nyata (real-world) mengenai kegiatan atau peristiwa dalam arti yang luas.

3.1.3. LABA MENURUT KONSEP LABA EKONOMI (ECONOMIC INCOME)
Pada awal abad XX Fischer, lindhal dan hick (1946) menjelaskan secara spesifik menyebutkan bahwa laba ekonomi (economic income) adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi selama satu minggu tanpa harus mengurangi jumlah kemakmuran pada awal periode, sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap:
1. Physical Income, Yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan. Laba jenis ini tidak dapat diukur.
2. Real Income, Adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real income ini adalah ‘biaya hidup’ (cost of living). Dengan kata lain kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
3. Money Income, Merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Ficher real income lebih dekat pada pengertian akuntansi tentang income. Lindahl menganggap konsep laba sebagai interest yaitu merupakan penghargaan yang terus menerus terhadap barang modal sepanjang waktu. Perbedaan antar interest dengan konsumsi yang diharapkan pada periode tertentu dianggap sebagai saving sehingga laba dianggap sebagai konsumsi tambah saving.

4.1. LABA AKUNTANSI DARI SEGI SEMANTIK
Laba dari segi semantik diartikan sebagai kesejahteraan dan kemakmuran (wealth) atau diartikan sebagai perubahan kemakmuran, atau perubahan capital, atau modal. Menurut Irving Fisher, laba adalah arus jasa atau aliran kemakmuran, sedangkan modal adalah stock dari kemakmuran (stock of wealth).
Menurut konsep kemakmuran, laba timbul jika ada aliran lebih yang masuk setelah aliran pada awal periode dapat dipertahankan sampai pada akhir periode. Dengan adanya pemikiran tersebut, maka timbul konsep dengan apa yang disebut mempertahankan kemakmuran atau konsep mempertahankan modal (capital).
Konsep laba/income menurut tingkatan semantik didasarkan pada hubungan antara fenomena (peristiwa terjadinya income) dengan simbol yang mewakili dari fenomena tersebut. Pada konsep ini dipengaruhi oleh konsep-konsep para ahli ekonomi yang mengakibatkan ada masalah terhadap definisi capital dan income yang belum dijabarkan secara jelas.
Hal tersebut berakibat dalam penerapan dalam akuntansi dihubungkan dengan fenomena tersebut yang menghasilkan konsep-konsep pengukuran laba didasarkan pada keadaan awal dan keadaan akhir periode dapat dilakukan, dengan konsep sebagai berikut:
1. Capitalization adalah net assets pada awal dan akhir periode dihitung dengan cara mengkapitalisasi semua arus kas dari perusahaan kepada pemilik yang diharapkan dimasa-masa mendatang.
2. Market valuation adalah konsep capitalization di atas akuntan dibebani tugas menaksir arus kas dikemudian hari. Dalam hal ini, konsep market valuation of the firm, penentuan yang subjektif ini diganti dengan penggunaan data pasar (bursa saham).
3. Current cash equivalent adalah konsep pengukuran lan dengan alternatif lain untuk menilai perusahaan pada awal dan akhir tahun adalah mengukur asset berdasarkan current cash equivalent (CEE). CEE didefinisikan sebagai harga (pasar) jual atau realizable price dari assets yang dipunyai oleh perusahaan.
4. Historical input prices adalah dalam pengukurannya income merupakan selisih antara penilaian awal dan akhir periode (capital maintenance concept).
5. Current input prices adalah income meliputi capital gains atau capital losses karena perubahan harga, tanpa memperhatikan apakah gains atau losses tersebut sudah atau belum direalisasi lewat penjualan atau pertukaran.
6. Maintenance of constant purchasing power adalah income diukur berdasarkan keadaan nyatanya dan bukan dalam arti mempertahankan nilai-nilai uang (maintaining monetory values).


4.1.1.      LABA AKUNTANSI DARI SEGI PRAGMATIK
Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa reaksi usaha users dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan income atau reaksi umpan balik (feedback) dari manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporkan.
1. Laba sebagai alat prediksi
Angka laba dapat memberikan informasi sebagai alat untuk menaksir dan menduga aliran kas untuk pembagian dividen, dan sebagai alat untuk menaksir kemampuan perusahaan dalam manaksir earning power dan nilai perusahaan di masa mendatang.
2. Laba sebagai alat pengendalian manajemen
Laba dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi manajemen dalam mengukur kinerja manajer atau divisi dari suatu perusahaan.

4.1.2.      LABA MENURUT KONSEP CAPITAL MAINTENANCE
Menurut konsep ini, laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan tetap masih ada (capital maintained atau return on capital) atau biaya yang dikeluarkan telah tertutupi (cost recovery) atau pengembalian modal return of capital. Konsep ini dapat dinyatakan baik dalam ukuran uang (units of money) yang disebut financial capital atau dalam ukuran tenaga beli (general purchasing power) yang disebut physical capital.
Kedua konsep ini menghasilkan 4 konsep capital maintenance (Belkaoui):
1. Money maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut unit uang. Konsep ini sama dengan konsep yang dianut dalam conventional accounting.
2. General purchasing power money maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut tenaga beli yang sama. Konsep ini sama dengan konsep yang dianut dalam GPLA historical cost accounting.
3. Productive capacity maintenance yaitu physical capital yang diukur menurut unit uang. Konsep ini sama dengan konsep yang dianut dalam current value accounting.
Current value dapat dihitung dengan 3 metode:
a.    Capitalization atau present value method
Pengukuran Laba dalam Konsep Mempertahankan Kapital yaitu:
Jenis-jenis kapital:
1.        Kapital Finansial (Financial Capital)
Kapital financial merupakan klaim dalam bentuk jumlah rupiah/dolar tanpa memperhatikan wujud fisiknya. Dengan konsep ini, laba atau atau return atas capital financial akan timbul bila jumlah rupiah klaim financial pada akhir periode melebihi jumlah rupiah klaim financial pada awal (setelah pengaruh transaksi pemilik dikeluarkan (Suwardjono).
Dalam analisis laporan keuangan, kita mengenal Return on Assets (ROA) yang mengukur tingkat return atas financial capital tersebut, dengan rumus seperti berikut:
ROA = Income
2. Kapital Fisik (Physical Capital)
Kapital fisik adalah sumber ekonomis yang dikuasai oleh entitas yang dipandang sebagai kapasitas produksi fisik, yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa. Dengan konsep ini, laba akan timbul/return atas kapital fisik (return on physical capital) apabila kapasitas produksi fisik pada akhir periode melebihi kapasitas produksi fisik pada awal periode. Kapital dapat dipertahankan apabila asset nonmeter diukur atas dasar nilai sekarang (current cost-nya) atau replacement cost-nya pada saat penilaian
Kapasitas produksi tersebut dapat berupa:
-          Aktiva nonmoneter dimiliki perusahaan
-          Volume produksi
-          Volume penjualan
b. Current entry price
c. Current exit price

4.1.3.      CAKUPAN LABA
Terdapat dua konsep cakupan laba, yaitu:
1. Current Operating Concept (Earnings)
Konsep laba periode, menurut konsep ini income hanya meliputi item-item yang sifatnya regular dan dari elemen-elemen pendapatan dan beban yang sifatnya berulang (recurring) dan berasal dari operasi saat ini (current operating). Item-item yang sifatnya irregular tidak dimasukkan sebagai komponen laba, sehingga tidak mencerminkan earning power di masa yang akan datang dari satu kesatuan usaha.
Konsep ini relevan dengan kepentingan manajemen sebagai pengukur efisiensi, yaitu berkaitan dengan pemanfaatan semua input dan sumber daya yang digunakan dalam rangka menghasilkan laba.
Laba periode tidak memasukkan pengaruh kumulatif akibat perubahan akuntansi. Misalnya: (1) pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu untuk periode lalu yang dialami dalam periode berjalan; (2) perubahan aktiva bersih tertentu lainnya (holding gains and losses) yang diakui pada periode berjalan seperti untung rugi perubahan harga pasar investasi saham sementara, dan untung rugi penjabaran mata uang asing. jadi yang menjadi penentu laba periode adalah pendapatan, biaya, untung dan rugi yang benar-benar terjadi pada periode berjalan.
2. All Inclusive Concept
Menurut konsep ini, cakupan laba meliputi semua perubahan dan kenaikan net assetselama periode tertentu, kecuali yang mengakibatkan dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik (transaksi modal). Dalam konsep ini, item-item yang sifatnya dan berasal dari aktivitas baik regular dan nonreguler, recurring, maupun nonrecurring, termsuk dalam cakupan laba.
Terdapat lima kategori irregular items dalam konsep all inclusive tersebut, yaitu sebagai berikut:
a. Item-item yang berasal dari operasi yang dihentikan (discontinued operation), Penghentian segmen bisnis berarti kegiatan operasional bisnis tersebut dihentikan atau dijual. Untung atau rugi yang akan diakui termasuk dua faktor berikut:
Laba atau rugi kegiatan segmen mulai tanggal pengukuran sampai tanggal penghentian
Untung atau rugi penghentian segmen
b. Extraordinary item
Adalah peristiwa atau transaksi yang memiliki pengaruh material, dan diharapkan jarang terjadi serta tidak berasal dari faktor yang sifatnya berulang-ulang dalam kegiatan usaha normal perusahaan (APB Opinion No. 9:1966 par. 21)
Dengan dikeluarkannya APB Opinion No. 30, menyebutkan bahwa elemen laporan keuangan dikatakan sebagai extraordinary item jika memenuhi dua syarat:
- Tidak umum (unusual), artinya peristiwa atau transaksi yang harus memiliki tingkat ubnormal yang tinggi dan tidak berkaitan dengan kegiatan normal perusahaan yang berlangsung terus menerus.
- Jarang terjadi (infrequency of occurrence), artinya peristiwa atau transaksi tersebut merupakan tipe transaksi yang diharapkan jarang terjadi di masa mendatang.
c.  Perubahan Akuntansi
Perubahan akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis:
- Perubahan prinsip akuntansi, yaitu perubahan yang terjadi dimana perusahaan memilih metode akuntansi yang berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. Misalnya: perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO ke Average.
- Perubahan estimasi akuntansi, yaitu perubahan taksiran jumlah tertentu atas jumla taksiran yang telah ditentukan pada periode sebelumnya. Misalnya: taksiran umur ekonomi aktiva tetap, atau taksiran piutang tidak tertagih.
- Perubahan entitas pelaporan, yaitu perubahan yang berkaitan dengan status entitas pelaporan sebagai akibat konsolidasi perubahan anak perusahaan tertentu atau perubahan jumlah yang dikonsolidasikan.
d. Penyesuaian periode sebelumnya
FASB mengeluarkan SFAC No.16, “Prior Period Adjustment”, yang membatasi penyesuaian periode sebelumnya pada elemen berikut:
- Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan periode sebelumnya
- Penyesuaian yang berasal dari realisasi income tax benefit ataspreacquisition operating loss carry-forward dari pembelian anak perusahaan.
- Kesalahan dalam pengukuran laba periode sebelumnya (error in prior years income measurement) harus dilaporkan sebagai penyesuaian retained earning (disesuaikan dalam retained earning statement). Menurut FSAB konseb laba all inclusive ini adalah konsep laba dengan apa yang dikenal dengan istilah laba komprehensif (comprehensive income).
Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam SFAC Nomor 6, menyatakan bahwa:
Comprehensive income adalah perubahan dalam ekuitas suatu perusahaan bisnis selama suatu periode yang berasal dari transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa lain atau kejadian lain yang bukan berasal dari sumber pemilik. Termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama periode tertentu kecuali yang diakibatkan dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Comprehensive Income = Earning + Penyesuaian + Perubahan Ekuitas Lain
Kumulatif Selain dari Pemilik
Earning = Revenue – Expenses + Gain – Losses

5.1. KONSEP LABA DILIHAT DARI SISI KELOMPOK PENERIMANYA
Konsep laba apabila dilihat dari sisi kelompok yang menerimanya terdapat 5 konsep laba, yaitu:
1. Value added concept of income
Kelompok penerima: karyawan, kreditor, pemerintah.
2. Enterprise’s net income
Kelompok penerima: pemegang saham, pemegang obligasi, pemerintah.
3. Net income to investor
Kelompok penerima: pemegang saham dan pemegang obligasi.
4. Net income to shareholder
Kelompok penerima: pemegang saham biasa dan pemegang saham istimewa.
5. Net income to residual equity holder’s
Kelompok penerima: pemegang saham biasa.

5.1.1. INCOME SMOOTHING
Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu (Belkaoui, 1993). Definisi income smoothing lainnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Beidelman (1973): Perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar (sound).
Hayworth (1953) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan, serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Sementara itu, Gordon (1964) mengajukan proposisi berkaitan dengan perataan laba sebagai berikut:
- Kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmurannya.
-  Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan, level dan tingkat pertumbuhan gaji serta level dan tingkat pertumbuhan besaran (size) perusahaan.
- Kepuasan pemegang saham dan kenaikan performan perusahaan dapat meningkatkan status dan reward bagi manajer.
- Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba perusahaan.
Dascher dan Malcolm (1970) membedakan bentuk income smoothing menjadi dua yaitu 
1.        Real Smoothing
Real smoothing berkaitan dengan transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pada pengaruh perataan terhadap laba.
2.         Artificial Smoothing
Artificial smoothing berkaitan dengan prosedur akuntansi yang diterapkan untuk mengubah cost atau pendapatan dari satu periode ke periode lain. (p. 253-254).
Penyajian Laba
Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos-pos operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transaksi modal). Pos-pos operasi dalam arti luas (transaksi nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen laba rugi sedangkan pos-pos yang jelas-jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas.







                               















BAB IV
PENUTUP

5.1.2. KESIMPULAN
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanaman modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya. Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya secara akrual.
Di dalam FASB konsep income di dalam teori akuntansi tersebut disebut dengan laba komprehensif. Karena secara umum, akuntansi menganut konsep penandingan, konsep kos historis, dan asas akrual, maka laba akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih pendapatan dan biaya.
Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.

5.1.3. SARAN
            Dalam penyusunan makalah ini, banyak hal yang perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam penyusunan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak. Untuk itu penyusun menyadari atas kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Antara lain masih banyaknya penulisan ejaan yang tidak sesuai, bahasa yang terlalu kasar, banyak menyinggung orang lain, dan banyak yang bukan dari pemikiran pribadi tertuang dalam penyusunan makalah ini. Harap dijadikan maklum dan kritik serta saran yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir kata dengan kerendahan hati mohon maaf yang sebesar-besarnya dan disampaikan terima kasih.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Makalah ini kami susun dengan judul judul “Konsep Laba”. Makalah ini kami ajukan sebagai tugas dari mata kuliah Teori Akuntansi.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Mujiyani selaku dosen Teori Akuntansi yang telah membimbing dan memberi kuliah demi lancarnya tugas ini. Juga rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun semoga bermanfaat dapat memenuhi tugas Teori Akuntansi. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
















BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG
Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk pengukuran prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu isu berat dalam pengukuran itu adalah pengukuran laba. Pengukuran laba ini salah satunya sangat penting untuk menentukan prestasi perusahaan.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi.
Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomi, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomi yang gilirannya untuk menentukan nilai ekonomi perusahaan.
Siapa pun yang melakukan kegiatan bisnis pasti memiliki alasan ekonomis yaitu mendapatkan laba. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus bisa memiliki pandangan tentang apa yang dimaksud laba menurutnya dan bagaimana menentukan laba tersebut. Banyak pandangan dan praktik di masyarakat dalam pengukuran laba ini. Karena perbedaan pandangan tersebutlah maka muncul berbagai polemik atau perbedaan persepsi tentang laba ini.

Mata Kuliah           : Teori Akuntansi
Prog Studi             : S1 Akuntansi C1
Semester              : Genap
Tugas                    : Makalah
Dosen Pengarah : Diah Ayu Gustiningsih,S.Pd,M.Ak.
PENGUNGKAPAN PERTANGGUNG JAWABAN SOSIAL
OLEH :

Nama : Jumse
Kelas   : Ak C-1
Nim     : 1412398


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
TRI DARMA NUSANTARA
MAKASSAR
2016