Kamis, 19 Mei 2016

Makalah Teori Auntansi 'perubahaan Harga'



BAB I
PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang
Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di Negara berkembang, namun kecenderungan yang ada di Negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki penyimpangan dari convensional historical cost accounting yang memasukkan unsure perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset.
Untuk memahami istilah perubahan harga, kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik. Perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Disebut inflasi jika terjadi kenaikan harga secara keseluruhan dan disebut deflasi jika terjadi penurunan harga. Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran.
Laporan keuangan di masa perubahan harga berpotensi menyesatkan apabila ada pengukuran nilai aset yang tidak akurat, penyimpangan yang ditimbulkan diantaranya :
1.         Proyeksi keuangan berdasarkan data rangkaian waktu historis yang belum disesuaikan
2.         Anggaran yang menjadi dasar pengukuran
3.         Data kinerja yang gagal menahan pengaruh inlasi yang tidak terkendali.

Negara besar antara lain Argentina, Brasil, Israel, Meksiko, dan Rusia merupakan beberapa Negara penderita paling buruk dari kondisi inflasi yang tinggi. Tiap tahun rata-rata inflasi di negara-negara tersebut seringkali melampaui 100% dan bahkan tingginya mencapai 2000% di Brasil dan Rusia. Rata-rata dalam negara industri, inflasi terdapat pada dua negara adidaya pada pertengahan tahun 1970 dan di Inggris inflasi mencapai 25%. Sangat tidak mengherankan di negara tersebut pertambahan inflasi menyangkut dengan yang akan mempengaruhi dalam pemakaian " akuntansi Inflasi" sistem ini akan menjadi obat dari kerusakan pada menurut adat akuntansi biaya historis dan mengungkapkan dampak perubahan harga dan inflasi pada pendapata dan aset.




BAB II
PEMBAHASAN


2.      Pengertian Perubahan Harga
Inflasi merupakan fenomena dunia yang banyak terjadi di Negara berkembang, namun kecenderungan yang ada di Negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki penyimpangan dari convensional historical cost accounting yang memasukkan unsure perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset.
Akuntansi perubahan harga (accounting for price changes) mengacu pada perlakuan akuntansi terhadap perubahan  atau selisih harga dan masalah akuntansi dalam kondisi yang didalamnya harga-harga berubah. Dalam merancang akuntansi yang akan diterapkan dalam suatu lingkungan ekonomik tertentu, perlu ditentukan struktur atau rerangka akuntansi pokok yang menghasilkan statemen keuangan dasar.
Untuk memahami makna istilah perubahan harga (changing prices), harus dibedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya masuk dalam istilah perubahan harga itu.
a.    Perubahan harga umum
Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).
b.    Perubahan harga spesifik
Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran.

3.      Mengapa Laporan Keuangan Memiliki Potensi untuk Menyesatkan Selama Periode Perubahan Harga?
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba dinilai lebih tinggi. Ketidakakuratan pengukuran ini mendistorsi :
1.      Proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis,
2.      Anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan
3.      Data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan.
 Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
Ø  Kenaikan dalam proporsi pajak
Ø  Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham.
Ø  Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja.
Ø  Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (pengenaan pajak lebih besar).
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan.
Fungsi  mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit yaitu :
            Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan. Para pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini
            Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas permasalahan tersebut. Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh perubahan harga.
            Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut
Jenis Penyesuaian Inflasi
  1. Penyesuaian tingkat harga umum (mata uang konstan biaya historis), yaitu umlah mata uang yang disesuaikan dengan perubahan tingkat harga (daya beli).
  2. Penyesuaian biaya kini, yaitu pertama, aktiva dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan kompenen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.
Dalam kondisi inflasi, ada 2 masalah yang dihadapi akuntansi dengan kos historis :
1.      Masalah PENILAIAN : Nilai aktiva akan berubah dibanding aktiva lain walau daya beli uang tetap
2.      Masalah UNIT PENGUKUR : Unit moneter sebagai unit pengukur akan berubah pada saat inflasi
Perubahan harga ada 3 jenis :
1.      Perubahan harga UMUM : Perubahan nilai satuan uang, dinyatakan dalam index harga umum
Contoh : INDEX HARGA KONSUMEN
Inflasi : Index harga Umum cenderung naik dari waktu ke waktu
Kenaikan harga umum suatu periode dibanding periode sebelumnya : LAJU INFLASI
2.      Perubahan harga SPESIFIK : Perubahan harga barang dan jasa tertentu.
3.      Perubahan harga RELATIF : Mengukur tingkat penyimpangan perubahan harga barang / jasa tertentu terhadap perubahan harga umum seluruh barang/jasa.
Misal : Harga barang/jasa umum naik 10%,harga barang tertentu naik 32%, maka Perub.Harga Relatif : 12%.
Kerangka akuntansi pokok akan menentukan batas pengakuan transaksi sehingga data yang masuk dalam statemen keuangan dasar akan merupakan informasi yang minimal harus dipenuhi dalam pelaporan keuangan.
Berbagai usulan akuntansi untuk memperbaikki kelemahan akuntansi berbasis kos dapat diadopsi oleh rerangka akuntansi pokok tanpa harus mengganti struktur akuntansinya.
Masalah Akuntansi.
Perubahan harga menimbulkan masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian unit pengukur dan pemertahanan kapital. Masalah penilaian berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai pos pada suatu saat. Masalah pemertahanan kapital berkaitan dengan pengertian laba sebagai selisih dua kapital yang harus ditentukan jenisnya (finansial / fisis).
Pos-Pos Moneter dan NonMoneter.
Perubahan harga mempunyai implikasi yang berbeda antara pos-pos moneter dan nonmoneter. Pos-pos moneter berkaitan dengan masalah untung / rugi daya beli sedangkan pos-pos nonmoneter berkaitan dengan untung / rugi penahanan.
Besar untung / rugi daya beli ditentukan dengan memisahkan pos moneter dan non moneter, karena untung dan rugi daya beli biasanya berhubungan dengan pos moneter netto.
Pos moneter berhubungan dengan aliran kas, pos non-moneter berhubungan dengan aliran potensi jasa fisik (non kas)
Ø  Aktiva moneter : klaim untuk menerima sejumlah rupiah di masa depan tanpa memperhatikan perubahan daya beli uang
Misal : kas, deposito, investasi dalam obligasi, piutang dagang, piutang wesel dan uang muka jaminan kontrak.
Ø  Aktiva non moneter : aktiva yang mengandung jumlah unit rupiah yang berubah dengan berjalannya waktu.
Misal : Persediaan barang dagangan, fasilitas fisik, investasi dalam saham dan goodwill
Untung/Rugi Daya Beli : berhubungan dengan penahanan pos moneter
Untung/Rugi fluktuasi harga : Berhubungan dengan pos non moneter
Perubahan Harga
Perubahan harga adalah perbedaan jumlah rupiah untuk memperoleh barang / jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama (masukan / keluaran). Perubahan harga terdiri atas perubahan harga umum, spesifik dan relatif. Perubahan harga umum mencerminkan perubahan nilai tukar / daya beli uang. Perubahan harga spesifik mencerminkan perubahan karakteristik barang tertentu akibat teknologi / selera terhadap barang. Perubahan harga relatif mencerminkan perubahan harga spesifik setelah pengaruh perubahan harga umum diperhitungkan.
Dasar Pengukuran:
1.         Harga masukan / kos pengganti
Kos penggantian aktiva milik perusahaan dengan aktiva sejenis
2.         Nilai Keluaran / Harga jual sekarang
Nilai sekarang aktiva diukur atas dasar harga aktiva seandainya perusahaan menjual aktiva tersebut
3.         Aliran kos diskontoan
           Nilai sekarang aliran kas masa datang.
           Sumber informasi penentuan kos sekarang :
           Informasi harga dari pihak eksternal (mis : BPS)
           Informasi harga dari perusahaan sendiri
           Teknik pengukuran kos sekarang :
           Langsung (direct pricing) : membebankan langsung bahan dan tenaga kerja ke aktiva
           Per unit (unit costing)
           Fungsional (functional pricing) : menentukan kos pengganti fungsi produksi bukan aktiva yang berdiri sendiri.
Akuntansi Daya Beli Konstan.
Tujuan akuntansi daya beli konstan adalah mempertahankan kapital atas dasar daya beli. Untuk dapat menyajikan statemen keuangan berbasis daya beli, data kos historis harus dikonversi menjadi kos daya beli pada saat pelaporan.
Dengan konsep daya beli konstan, daya beli dapat menjadi golongan kapital yang lain yaitu kapital daya beli. Kapital daya beli sebenarnya merupakan kapital finansial.
Akuntansi Kos Sekarang.
Tujuan akuntansi kos sekarang adalah mengukur laba suatu perioda dengan mempertahankan kapital semula atau mempertahankan kapital atas dasar kapasitas operasi / kemampuan untuk menyediakan barang/jasa dengan kuantitas yang sama dengan kapasitas / kemampuan kapital.
Akuntansi kos sekarang digunakan sebagai dasar. Ada dua perbedaan yang tampak,yaitu : Pertama, laba akan terbagi menjadi dua komponen yaitu laba akibat kegiatan operasi perusahaan dan laba akibat kegiatan menahan kapital fisis. Kedua, untung / rugi yang belum terrealisasi akibat penahanan aset dimasukkan dalam statemen laba-laba.
Berbagai teknik dan sumber informasi dapat digunakan untuk penentuan kos sekarang, yaitu :
1.         Pengindeksan.
Sumber informasi berupa indeks harga yang dihasilkan pihak eksternal untuk kelompok barang / jasa yang diukur dan indeks harga yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan berdasarkan catatan historis untuk kelompok barang / jasa yang diukur. Teknik ini memungkinkan digunakannya komputer untuk menyatakan kembali angka-angka dasar secara cepat.
2.         Penghargaan Langsung.
Teknik ini membebankan secara langsung bahan dan tenaga kerja ke suatu aset / kelompok aset. Teknik ini biasanya berupa harga faktur sekarang, daftar harga dari penjual barang / jasa dan kos produksi standar yang menggambarkan kos sekarang.
3.         Pengkosan Unit.
Teknik ini digunakan untuk menaksir kos reproduksi suatu barang. Teknik ini digunakan untuk barang / jasa yang tidak mempunyai pasar keluaran / barang yang bersifat khusus.
4.         Penghargaan Fungsional.
Teknik ini digunakan untuk menentukan kos pengganti suatu fungsi produksi / pemrosesan dan bukannya suatu aset secara individual / kelompok aset yang masing-masing berdiri sendiri.
Akuntansi Hibrida.
Perbedaan karakteristik antara akuntansi daya beli konstan dengan akuntansi kos sekarang, yaitu :
AKUNTANSI DAYA BELI KONSTAN
AKUNTANSI KOS SEKARANG
Mengatasi masalah unit pengukur.
Mengatasi masalah penilaian.
Merevisi / merevaluasi aset moneter pada akhir perido.
Merevisi / merevaluasi aset nonmoneter secara terus-menerus.
Menggunakan indeks harga umum karena sasarannya perubahan harga umum.
Menggunakan indeks harga spesifik karena sasarannya perubahan harga spesifik.
Mengabaikan untung/rugipe nahanan pada saat revaluasi.
Mengabaikan untung / rugi daya beli.
Mengungkapkan untung / rugi daya beli atas aset moneter neto.
Mengungkapkan untung / rugi penahanan atas aset nonmoneter neto.
Untung / rugi sebagai selisih lebih bermakna sebagai penyesuai daripada komponen laba dalam rangka pemertahanan kapital.
Untung / rugi sebagai selisih laba lebih bermakna sebagai komponen laba daripada penyesuai kapital dalam rangka pemertahanan kapital.

Standar Akuntansi Perubahan Harga.
Di Amerika, standar akuntansi mula-mula mewajibkan pelaporan pengaruh perubahan harga sebagai informasi pelengkap dengan berbagai argumennya. Kemudian standar tersebut diganti dengan berbagai standar baru yang tidak lagi mewajibkan tetapi tetap menganjurkan pelaporan pengaruh perubahan harga dengan berbagai argumennya. Akibatnya buku-buku teks akuntansi keuangan menengah tidak lagi memasukkan topik akuntansi perubahan harga. Walaupun demikian, pembahasan mengenai perubahan harga beserta teorinya tetap penting untuk memberi wawasan yang luas dan dalam khususnya bila perubahan harag cukup berarti dalam sistem perekonomian negara tertentu termasuk Indonesia.

A.          PENGARUH INFLASI TERHADAP PERUSAHAAN
Pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan dan kinerja perusahaan dapat mengakibatkan tidak efisiennya keputusan operasional yang dibuat oleh manajer yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya selama inflasi karena menurunnya daya beli. Dengan kata lain, pertanggungjawaban keuangan atas kepemilikan juga akan mengalami penurunan nilai karena perusahaan bisnis akan membayar obligasinya di masa yang akan datang dengan uang tunai yang sudah kehilangan nilai daya beli. Yang menjadi peringatan disini adalah pertanggungjawaban keuangan, seperti pinjaman / suku bunga bank jangka pendek dan jangka panjang, sering mengakibatkan minat untuk meningkatkan tarif yang sangat tinggi dalam inflasi ekonomi.
Dampak inflasi pada aktiva non moneter digambarkan dalam laporan laba rugi dan neraca. Selama periode harga yang meningkat, pendapatan penjualan saat ini dibandingkan dengan persediaan yang mungkin telah dibeli beberapa bulan sebelumnya dan terhadap penyusunan properti bangunan dan peralatan berdasarkan harga perolehan yang mungkin telah dibeli beberapa tahun lalu, meskipun faktanya bahwa menempatkan persediaan dan aktiva tetap menjadi lebih mahal. Dampak terhadap laporan laba rugi dan neraca ini bisa membuat perusahaan masuk ke dalam masalah likuiditas. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari perbandingan biaya lama dengan keuntungan yang baru dapat mengarah pada permintaan dari pemegang saham untuk meningkatkan deviden dan untuk karyawan – karyawan dengan gaji yang lebih tinggi, meskipun perusahaan melihat kasnya berkurang. Oleh karena itu, diperkenalkan sistem akuntansi untuk inflasi yaitu General Purchasing Power Accounting dan Current Value Accounting.

B.           AKUNTANSI DAYA BELI UMUM DAN PENDEKATAN ARUS NILAI SEKARANG
Akuntansi Daya Beli Umum (General Purchasing Power Accounting) Filosofi utama mengenai akuntansi daya beli umum adalah untuk melaporkan aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya – biaya dalam unit moneter dengan daya beli yang sama. Pendekatannya disini adalah bahwa unit ukuran moneter harus diseragamkan sementara mempertahankan dasar ukuran yang digunakan dalam laporan keuangan (contohnya : biaya historis) Di banyak Negara, laporan keuangan disiapkan dalam biaya histories yang berdasarkan mata uang. Ini berarti bahwa laporan – laporannya tidak tidak mengalami perubahan sesuai tingkat harga umum. Dibawah akuntansi daya beli umum, hal – hal non financial dalam laporan keuangan (inventaris, modal tetap, dan peralatan) ditetapkan kembali untuk mencerminkan daya beli umum, biasanya pada akhir neraca saldo. Akuntansi daya beli umum harus diterapkan pada aktiva dan kewajiban keuangan dengan baik. Kas, contohnya kerugian daya beli selama periode inflasi karena kas ini tidak bias membeli sebanyak pada akhir periode seperti yang dilakukan di awal periode. Keuntungan debitur selama inflasi, karena mereka dapat membayar hutang mereka pada akhir periode dengan uang tunai yang telah menurun daya belinya. Laporan akuntansi daya beli umum akan menggambarkan kerugian atau keuntungan dalam penyesuaian pos – pos moneter yang terpisah. Masalah lebih lanjut adalah mengenai sifat indeks yang digunakan untuk membuat penyesuaian akuntansi daya beli umum. Dimana sebelumnya, indeks harga konsumen merupakan salah satu hal yang paling banyak digunakan secara luas di dunia untuk mengukur inflasi. Indeks ini akan mengukur perubahan-perubahan harga dalam kisaran barang-barang dan jasa pelanggan yang dibeli untuk konsumsi akhir. Karena indeks ini berorientasi konsumen, indeks ini tidak perlu merefleksikan perubahan-perubahan harga yang secara langsung mempengaruhi perusahaan.
1.      Akuntansi Arus Nilai Saat Ini (Current Value Accounting)
Akuntansi Arus Nilai Saat Ini (Current Value Accounting) adalah hal yang berkaitan dengan peningkatan atau penurunan biaya atau nilai aktiva tertentu, bukan mengenai menurunnya daya beli mata uang.
Ada dua pendekatan utama dalam akuntansi nilai sekarang, yaitu :
·                 Biaya Pengganti (Current Cost / Replacement Cost) yang banyak digunakan dalam aktiva non moneter yaitu aktiva dinilai pada apa yang telah dikorbankan dengan apa yang akan menggantikannya.
·                  Biaya Penjualan (Current Exit Price/ Selling Price/Net Realizable Value) yaitu menilai aktiva pada tingkat harga penjualan dikurangi biaya pelengkap penjualan Akuntansi arus nilai sekarang berakibat pada keuntungan atas kepemilikan dan kerugian saat aktiva non moneter dinilai kembali. Akuntansi arus nilai sekarang jelas lebih kompleks karena akuntansi ini membutuhkan gabungan antara harga sebenarnya, perkiraan, penaksiran nilai dan kelompok aktiva yang homogen.
2.      Current Value: GPP Accounting
Meskipun kita telah membicarakan GPP dan CVA secara terpisah, banyak akuntan ekonom percaya bahwa keduanya ini sebaiknya digabungkan dalam sistem akuntansi nilai nyata (real value accounting system). Penting sekali untuk mengingat bahwa perubahan-perubahan pada tingkat harga umu akan cenderung berbeda dari perubahan harga khusus yang relevan dengan perusahaan


C.         IASB TERHADAP AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI

Reaksi pertama IASC (sekarang IASB) pada akuntansi inflasi muncul pada tahun 1977 di IAS 6, yaitu Respon Akuntansi pada Perubahan Harga. Pada poin tersebut, tidak ada standar definitif baik itu di Amerika Serikat atau di Inggris, dan ada ketidaktpastian seperti bagaimana masalah akuntansi inflasi dapat diselesaikan di dua negara tersebut. Standar inflasi yang lebih definitif tidak muncul, ingá sampai pada tahun 1981 dengan keluarnya IAS 15, yaitu Refleksi Informasi Dampak Perubahan Harga, yang menggantikan IAS 6. Pada saat itu, FASB telah mengeluarkan SFAS 33 mengenai Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga.

Tipe-tipe utama informasi berikut ini merefleksikan dampak-dampak perubahan harga yang direkomendasikan untuk pengungkapan oleh IAS 15 sebagai berikut:
      1.     Jumlah penyesuaian untuk atau jumlah penyesuaian penyusutan properti, bangunan, dan peralatan.
      2.     Jumlah penyesuaian untuk atau jumlah penyesuaian dari harga pokok penjualan.
      3.     Penyesuaian yang berkaitan dengan pos-pos keuangan, dampak peminjaman, atau bunga kepemilikan ketika penyesuaian ini telah dimasukkan ke dalam akun dalam menentukan pendapatan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
      4.     Dampak keseluruhan dari hasil (pendapatan) dari penyesuaian sebagaimana pada pos-pos lainnya yang merefleksikan dampak perubahan harga yang dilaporkan di bawah metode akuntansi yang diadopsi.
      5.     Ketika metode biaya sekarang diadopsi, biaya sekarng property, bangunan, dan perlatan serta persediaan.
      6.     Metode yang diadopsi untuk menghitung informasi yang disebut dalam pos-pos sebelumnya, termasuk sifat dari indeks yang digunakan.
            IAS 15 penting karena IAS 15 mengenali kebutuhan informasi untuk diungkapkan, mengenai dampak perubahan harga & inflasi dan memberikan pedoman khusus yang dapat diikuti oleh berbagai perusahaan untuk memperbaiki kualitas pengungkapan. Fakta bahwa adanya informasi pokok dari satu negara ke negara lainnya bisa berbeda, tentu saja ini menjadi masalah, tetapi profesi akuntansi jelas tidak bisa disesuaikan dengan solusi dunia.
Perkembangan sistem akuntansi untuk inflasi di Inggris, Amerika Serikat dan Benua Eropa
·                 Inggris. Profesi akuntansi memperkenalkan SSAP 16 (Statement of Standard
Accounting Practice – 16), mengenai “Akuntansi Biaya Sekarang” pada tahun 1980,dimana kebutuhan laporan keuangan akuntansi biaya sekarang baik itu sebagai laporan tambahan maupun sebagai laporan utama. Dengan ketentuan bahwa laporan biaya historis juga harus bisa disediakan. Walaupun begitu, SSAP 16 secara resmi ditarik pada tahun 1988 mengikuti penolakan tingkat inflasi dan kecaman dari bisnis. Pada saat yang sama, banyak perusahaan mengevaluasi kembali secara periodik terhadap tanah dan bangunan mereka pada nilai pasar (memperkirakan keluaran atau harga jual).
·                 Amerika Serikat. Regulasinya pertama kali diperkenalkan dengan sah yang ditentukan oleh SEC tahun 1976 (Rilis Seri Akuntansi 1990) untuk mengungkap penggantian informasi biaya yang berkaitan dengan penyusutan, harga pokok penjualan, aktiva tetap, dan persediaan. Selanjutnya, tahun 1979, FASB mengeluarkan SFAS No 33 (Statement of Financial Accounting Standard – 33) yang berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”.
·                 Benua Eropa. Ada lebih sedikit antusiasme untuk pengenalan sistem akuntansi untuk inflasi, meskipun telah ada rekomendasi resmi pada subjeknya. Contohnya, di Perancis dan Jerman. Di Perancis pada kahir tahun 1970 ketika evaluasi kembali dilakukan dengan menggunakan indeks pemerintah dibutuhkan untuk semua aktiva jangka panjang dan aktiva tetap. Evaluasi kembali ini tidak memiliki dampak pada pendapatan kena pajak, seperti pada penyusutan tambahan. Di Swedia, tidak ada kebutuhan–kebutuhan akan akuntansi inflasi, tetapi beberapa pengungkapan sukarela khusus telah dibuat.

Perkembangan Sistem Akuntansi di Amerika Selatan
·                 Di Brazil, akuntansi untuk inflasi digunakan pada awal tahun 1950, tetapi hokum perusahaan yang baru tahun 1976 melakukan penyesuaian, yaitu perusahaan menyajikan ulang akun – akun aktiva tetap dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indek harga yang diakui oleh pemerintah untuk mengukur devaluasi mata uang lokal.
·                 Di Argentina, sistem akuntansi untuk inflasi diperkenalkan terutama lewat prakarsa dan keterlibatan profesi akuntansi. Tahun 1972, sebuah pernyataan dikeluarkan yang menganjurkan publikasi laporan keuangan GPP tambahan.

Akuntansi arus nilai sekarang di Belanda
·                 Di Belanda, orang-orang telah mengetahui akuntansi nilai sekarang sejak lama. Pendidikan yang ekstensif bagi para akuntan dalam ekonomi bisnis menghasilkan filosofi akuntansi yang difokuskan dengan nilai dan biaya sekarang dan dengan prinsip dan praktek ekonomi bisnis. Walaupun tidak diperlukan persyaratan untuk menggunakan akuntansi nilai sekarang, sebagai informasi utama atau tambahan, terdapat beberapa faktor pendukung untuk memakainya. Alasan digunakannya akuntansi nilai sekarang { Melibatkan teori Professor Theodore Limperg, yang sering disebut sebagai Bapak teori nilai ganti karena dari hasil kerjanya di Belanda tahun 1920 dan 1930. Beliau memfokuskan diri pada hubungan yang kuat antara ekonomi dan akuntansi dan percaya bahwa pendapatan tidak bisa dicari tanpa memelihara sumber pendapatan bisnis dari pertimbangan yang dilakukan.{ Belanda belajar dari pengalaman pada perusahaan multinasional besar yaitu Philips, yang merupakan pelopor laporan keuangan nilai sekarang. Faktanya, Philips pertama kali menggunakan pendekatan ini tahun 1936 untuk tujuan akuntansi biaya internal dan memperkenalkannya tahun 1952 ke dalam laporan utama untuk tujuan pelaporan keuangan. Namun pada tahun 1992, perusahaan memutuskan untuk kembali pada akuntansi biaya historis yang akan memperbaiki komunikasi para pemegang saham dan lebih dekat dengan praktek akuntansi internasional. Nilai sekarang ditentukan oleh departemen penjualan untuk aktiva tetap (baik tersendiri atau dalam kelompok sejenis), oleh departemen produksi untuk sejumlah peralatan desain khusus, dan oleh desain bangunan dan gedung departemen produksi untuk bangunan. Pada kasus persediaan, indeks biasanya digunakan untuk memperbaharui nilai sekarang dari kelompok aktiva sejenis. Penambahan (atau pengurangan) dalam nilai persediaan dan aktiva tetap untuk perubahan harga tertentu dikredit (didebit) ke akun surplus revaluasi pada neraca dibandingkan ke laporan laba rugi. Akibat perubahan nilai sekarang ini ditunjukkan dalam laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan yang lebih tinggi atau lebih rendah (sebagai hasil penambahan atau pengurangan dalam harga persediaan) dan biaya depresiasi yang lebih tinggi atau lebih rendah.

D.    PROSPEK PERKEMBANGAN AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI
            Signifikansi keberadaan tingkat inflasi dan perubahan harga di beberapa negara mengesankan bahwa kebutuhan dan penggunaan sistem akuntansi inflasi tampaknya menyisakan sejumlah kontroversi dalam pendugaan masa depan. Meskipun akuntansi daya beli umum telah digunakan di beberapa Negara Amerika Latin yang berinflasi tinggi, tidak ada contoh standar akuntansi biaya sekarang atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat pada tingkat nasional yang menyelamatkan kemusnahan penelitian akuntansi inflasi pada tahun 1980-an. Namun beberapa perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai sekarang secara sukarela. Kontroversi, hal ini masih meliputi banyak aspek akuntansi nilai sekarang, khususnya dengan perubahan perlengkapan dan pemeliharaan keuntungan dan kerugian pos–pos moneter. Masalah lainnya termasuk penggunaan indeks, khususnya tambahan dari luar negeri dan verifikasi nilai sekarang perusahaan industri yang mengalami perubahan teknologi dengan cepat. Pemberian perhatian baru-baru ini pada akuntansi nilai sekarang atau nilai wajar, diharapkan akan menjadi sejumlah percobaan masa depan dengan berbagai jenis perubahan sistem akuntansi harga. Selain itu, mungkin juga menjadi pertumbuhan apresiasi keadaan dimana pendekatan alternatif mungkin atau tidak mungkin atau berguna dalam mengukurlaba dan asset. Kegunaan dari harga jual atau harga keluar dalam konteks perubahan harga, terutama dengan memperhatikan nilai properti atau investasi, juga akan diapresiasikan dengan lebih baik. Selain itu, menjadi tanggung jawab untuk menggunakan sumberinformasi relevan lainnya seperti arus kas

E.     CURRENT COST ACCOUNTING
Dasar Pemikiran Current Cost Accounting
Current Cost Accounting (CCA) adalah suatu sistem akuntansi dimana asset dinilai pada harga beli pasar sekarang dan profit ditentukan dengan alokasi yang didasarkan pada biaya sekarang(current costs). Mengapa menggunakan current cost? Sebelum menjawab, kita perlu mempertimbangkan jenis-jenis keputusan manajer dihadapkan pada jalannya bisnis. Manajer ingin tahu bagaimana seharusnya mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan profit.
Menurut Edwards dan Bell masalah mendasar tersebut diungkapkan menjadi 3 pokok permasalahan:
  1. Masalah ekspansi: berapa jumlah asset yang seharusnya dipegang/dipertahankan pada saat-saat tertentu.
  2. Masalah komposisi: apa bentuk asset yang sesuai?
  3. Masalah pendanaan: bagaimana aset-aset tersebut didanai?
Manajer dalam membuat keputusan mengenai tiga pertanyaan di atas mendasarkan pada harapan di masa yang akan datang. Untuk merumuskan harapan tersebut secara tepat, manajer perlu untuk mengevaluasi kegiatan dan keputusan di masa lampau. Alat yang digunakan dalam evaluasi ini adalah perbandingan data akuntansi untuk sebuah periode yang telah ditentukan dengan harapan-harapan pada periode tersebut. Jika perbandingan tersebut mengungkapkan bahwa harapan-harapan tidak akurat, maka kejadian atau harapan di masa sekarang bisa diubah. Sebagai contoh, jika data akuntansi mengungkapakan bahwa total biaya bahan mentah lebih tinggi daripada yang dianggarkan karena harga bahan mentah lebih tinggi dari yang diharapkan, maka perusahaan perlu mengubah perkiraan harga bahan mentah di masa yang akan datang dan mengubah keputusan penganggaran harga bahan mentah di masa datang. Agar informasi akuntansi berguna dalam pengambilan keputusan, informasi akuntansi harus mengukur kejadian aktual dari suatu periode seakurat mungkin. Menurut Edwards dan Bell bahwa pergerakan harga dalam suatu periode tertentu adalah kejadian yang penting untuk manajemen.
Walaupun Edwards dan Bell menekankan kebutuhan informasi untuk manajemen, mereka menentang bahwa data-data tersebut juga penting untuk pihak luar seperti pemegang saham dan kreditor. Pemegang saham dan kreditor tertarik dengan evaluasi kinerja dari manajer dan juga perusahaan.
Dari teori tersebut informasi akuntansi melayani dua tujuan:
Ø  Evaluasi oleh manajer terhadap keputusan masa lalu untuk membuat keputusan yang paling baik di masa datang.
Ø  Evaluasi terhadap manajer oleh pemegang saham, kreditor, dan yang lainnya.
Evaluasi baik oleh pihak internal atau eksternal menyediakan alat untuk keberhasilan fungsi ekonomi karena sumber daya akan dialokasikan lebih efisien. Tujuan sampingan dari informasi akuntansi adalah menyediakan dasar yang pantas dan terukur untuk perpajakan.
Konsep Profit Bisnis
Dua keputusan yang sering dihadapi manajemen:
a)      Holding decisions : apakah akan “menahan” aset dan kewajiban atau untuk melepas keduanya (contoh. Apakah menjual aset atau membayar utang)
b)      Operating decisions: bagaimana menggunakan dan mendanai operasi perusahaan.
Agar dapat mengevaluasi holding decisions dan  operating decisions dari manajer, Edwards dan Bell menyarankan konsep profit yang mereka sebut dengan “profit bisnis” yang berisikan:
Ø  Current operating profit: kelebihan pada nilai sekarang dari output yang dijual dibandingkan nilai biaya sekarang dari inputnya.
Ø  Realisable cost saving: kenaikan current cost dari aset yang dipertahankan oleh perusahaan pada periode sekarang. Istilah yang kita gunakan untuk realisable cost savings adalah “holding gains/losses”, yang dapat direalisasi atau tidak dapat direalisasi.

Holding gains and losses
            Suatu asumsi yang mendasari CCA adalah pencampuran antara holding gains/losses dan operating gains/losses membingungkan evaluasi terhadap keputusan manajemen dan menyembunyikan alokasi dari sumber daya ekonomi. CCA memperkenankan pemisahan dari kedua komponen tersebut. Dengan metode konvensional historical cost accounting, gains dicatat hanya ketika aset dilepas. Oleh karena itu penentuan apakah kegiatan holdings manajemen berhasil atau tidak, hampir tidak mungkin kecuali jika aset diperoleh dan dijual pada periode yang sama. Dengan akuntansi konvensional, ketika membandingkan perusahaan kita mungkin tidak tahu perusahaan mana yang lebih efisien. Contohnya perusahaan A memulai usahanya 10 tahun lebih awal, maka operating profit perusahaan A saat ini lebih besar karena beban penyusutannya lebih kecil daripada perusahaan yang baru mulai usaha tahun ini. Oleh karena itu pemisahan holding gains dan operating profit memberikan penghargaan kepada manajer yang tepat.
Akan tetapi perdebatan mengenai pemisahan current operating profit dan holding gains adalah tidak berarti. Menurut Drake dan Dopuch, Prakash dan Sunder mengaskan bahwa keputusan-keputusan manajer mempengaruhi kedua komponen tersebut, sehingga keduanya tidak bisa berdiri tersendiri. Contohnya adalah ketika aset diperoleh untuk mengurangi beban operasi di masa akan datang.

Mengapa Holding Gains merupakan komponen profit
            Edwards dan Bell meyakini bahwa holding gains menyajikan “suatu simpanan yang diakibatkan oleh fakta bahwa input diperoleh pada kemajuan penggunaan. Simpanan tersebut diakibatkan oleh kegiatan holding. Tapi mengapa seharusnya kenaikan  current cost  pada suatu aset dianggap sebagai bagian dari profit? Edwards dan Bell tidak menyediakan jawaban atas pertanyaan tersebut, tapi Revsine menyarankan bahwa teori tersebut ke depannya menyajikan suatu alasan sebagai berikut : “The cost saving merupakan komponen pendapatan karena menyajikan suatu opportunity gain, karena perusahaan membeli aset pada saat sebelum harganya berangsur naik.”
            Revsine menentang bahwa jenis dari gain mengharuskan sebuah perbandingan di antara kejadian yang terjadi dan kejadian yang akan terjadi. Revsine memberikan penjelasan lebih lengkap mengenai cost saving sebagai berikut: Cost saving  mengukur suatu keuntungan posisi kas perusahaan dihubungkan dengan perusahaan lain pada suatu industri yang menguntungkan untuk menahan aset sementara harga cenderung naik. Jadi ketika perusahaan lain membeli suatu aset, perusahan tersebut harus melakukan juga pada harga yang lebih tinggi. Jadi argumentasi tentang opportunity gain menekankan pada perbandingan perusahaan dengan perusahaan lainnya. Pembenaran yang lain mengapa holding gains sebagai profit adalah untuk mengatakan bahwa apresiasi nilai pada fenomena aktual ekonomi yang dapat direalisasikan jika perusahaan menjual asetnya.
            Argumen dari Revsine menekankan bahwa current cost profit adalah suatu indikator utama pada arus kas di masa depan. Pembenaran teoretis dari hubungan ini adalah keterkaitan di antara current cost profit dan economic profit. Economic profit diartikan sebagai perbedaan antara nilai sekarang dari net cash flows yang diharapkan oleh perusahaan pada dua titik waktu, tidak termasuk tambahan investasi oleh pemilik atau yang didistribusikan untuk pemilik. Economic profit dapat dibagi menjadi dua komponen yaitu expected profit dan unexpected profit.
            Expected profit mengukur arus kas perusahaan mampu menghasilkan pada masa datang yang tak tentu, sedangkan unexpected profit mengukur perubahan arus kas dalam kaitan dengan faktor lingkungan yang tidak bisa diprediksi pada awal periode. Dalam ekonomi persaingan sempurna, current cost profit hampir identik dengan economic profit. Current operating profit pada current cost sama dengan distributable cash flow atau expected profit. Sedangkan holding gains secara langsung berhubungan dengan unexpected profit.
            Memasukkan holding gains sebagai komponen dari profit merefleksikan pandangan financial capital. Suatu jumlah pada akhir periode yang merupakan nilai lebih dari jumlah yang diinvestasikan pada awal periode(tidak termasuk tambahan investasi oleh dan untuk pemilik) merupakan profit. Oleh karena itu holding gains merupakan bagian dari profit. Imbal balik investasi adalah jumlah uang yang merupakan nilai lebih dari jumlah yang telah diinvestasikan. Profit menggambarkan pengembalian kas yang diharapkan melebihi investasi kas.












BAB III
PENUTUP


F.         KESIMPULAN
Eksistensi level yang signifikan dari inflasi dan kemauan harga di banyak Negara mempengaruhi kebutuhan dan kegunaan system akuntansi inflasi yang mungkin tetap akan menjadi subjek dari banyak kontroversi di dalam meramalkan masa depan. Walaupun akuntansi GPP telah digunakan dibanyak negara berinflasi tinggi di Amerika Selatan, tetapi tidak ada contoh dari standar akuntansi biaya langsung atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat tentang mempertahankan level nasional yang mewasiatkan penelitian mengenai akuntansi inflasi pada pertengahan 1980-an. Bagaimanapun juga, banyak perusahaan-perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai langsung secara sukarela.



G.        SARAN
Baru-baru ini perhatian dalam nilai akuntansi yang langsung atau jujur sangat diharapkan akan memajukan penelitian dengan tipe yang bervariasi dari system akuntansi perubahan harga. Hal ini mungkin juga akan menjadi penumbuh apresiasi dari keadaan yang terpuruk dengan cara memilih pendekatan alternative yang mungkin dapat dikerjakan dan berguna dalam pengukuran laba dan asset. Kegunaan dari harga jual dan keluar dalam konteks perubahan harga, terutama memperhatikan nilai atau milik dan investasi, selain itu mungkin juga menjadi apresiasi yang lebih baik. Hal ini kiranya juga menjadi kesempatan
untuk menggunakan sumber-sumber relevan lainnya dari informasi yang ada, seperti informasi mengenai aliran kas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar