BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
LABA
Laba merupakan suatu konsep
akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang, tergantung dari siapa yang
menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut. Oleh karena itu, para ahli
dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda tentang konsep laba yaitu
sebagai berikut :
Laba merupakan suatu pos dasar dan
penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai
konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan,
determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan
pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. (Belkaoui :
1993)
Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan
harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan
operasi. (Commite On Terminology, Sofyan Syafri H : 2004)
Laba adalah pengambilan atas
investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh
entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan
posisi awalnya. (Stice, Skousen : 2009)
Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah
semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan
pada penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya
merupakan kerugian bersih.(Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)
2.1.1 KARAKTERISTIK
LABA
Dari
berbagai definisi laba di atas, dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual
memiliki karakteristik umum sebagai berikut:
1. Kenaikan
kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
2. Perubahan
terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi kemakmuran
awal dan kemakmuran akhir
3. Perubahan
dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan
Kemakmuran dapat berupa aset bersih
perusahaan, modal pemegang saham, kekayaan, investasi, sumber daya ekonomik,
atau apapun yang dapat dinilai dengan uang.
2.1.2. FUNGSI
PERHITUNGAN LABA
Perolehan
laba perlu diketahui karena merupakan informasi penting dalam suatu laporan
keuangan. Laba yang secara umum dihitung berdasarkan selisih lebih pendapatan
dan biaya diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:
1.
Indikator efisiensi penggunaan modal atau biaya
2.
Pengukur prestasi atau kinerja management
3.
Alat motivasi bagi management dalam
pengelolaan perusahaan
4.
Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
5.
Dasar penghitungan deviden
6.
Dasar pembagian kompensasi dan bonus
7.
Pedoman dalam menentukan kebijakan dan pengambilan
keputusan
8.
Dasar peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan
datang
2.1.3. JENIS-JENIS
LABA
Laba yang
menjadi dasar pengukuran laporan keuangan dibedakan menurut kelompok penerima,
yaitu tergantung fungsi dan tujuan pemakaiannya. Secara ringkas, laba
berdasarkan penyajiannya untuk masing-masing kelompok penerima dibagi menjadi
lima jenis.
No.
|
Jenis Income
|
Penerima InformasiIncome
|
Perhitungan Income
|
1.
|
Value Added
|
Karyawan, Pemilik, Kreditur, dan Pemerintah
|
Harga jual produk – Cost yang dikeluarkan
|
2.
|
Enterrprise Net Income
|
Pemegang saham, Pemegang obligasi, dan Pemerintah
|
(Revenue – Expenses) +
(Gains – Loses) tidak termasuk Biaya bunga, Pajak
penghasilan, dan Pembagian deviden
|
3.
|
Net Income to Investors
|
Pemegang saham dan Pemegang obligasi
|
Seperti butir dua, namun termasuk Pajak penghasilan
|
4.
|
Net Income to Shareholders
|
Pemegang saham (Preffered stock danCommon
stock)
|
Seperti butir tiga, namun setelah dikurangi bunga
obligasi
|
5.
|
Net Income to Residual Shareholders
|
Pemegang sahamCommon stock
|
Seperti butir empat, namun setelah dikurangi devidenPreferred
Stock
|
3.1. KONSEP LABA
1. Laba Akuntansi dari Segi Sintaktis
Menurut
pendekatan sintaktis, laba
didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan dan beban. Laba dianggap telah
timbul bila terjadi kenaikan nilai dari kekayaan bersih sebagai akibat adanya
transaksi. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba.
2. Pendekatan Transaksi (Transactions Approach)
Menurut
pendekatan transaksi, laba telah timbul pada saat terjadinya transaksi.
Khususnya transaksi eksternal, yaitu transaksi yang terjadi dan melibatkan
pihak luar. Laba dapat timbul pada saat terjadinya transaksi
pertukaran/penjualan dan terjadinya pengakuan beban.
3.1.1. MANFAAT
PENGGUNAAN PENDEKATAN TRANSAKSI
Ada beberapa
manfaat dari penggunaan pendekatan transaksi dalam pengukuran laba, yaitu:
1.
Laba dapat dilaporkan menurut berbagai macam kelompok,
misalnya menurut produk atau pelanggan.
2.
Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan
kuantitas aktiva dan hutang yang ada pada akhir periode.
3.
Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi
external untuk berbagai tujuan.
4.
Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara
laporan yang satu dengan yang lainnya.
3.1.2. PENDEKATAN
AKTIVITAS (ACTIVITIES APPROACH)
Dalam
pendekatan aktivitas, tidak dilihat ada tidaknya transaksi, melainkan apakah
kegiatan telah berlangsung. Dengan perkataan lain, laba akan timbul bersamaan
dengan berlangsungnya aktivitas. Misalnya, mulai dari perencanaan produksi,
proses produksi, dan penjualan, maka laba dianggap telah terbentuk/terhimpun/earned.
Manfaat dari
penggunaan pendekatan aktivitas ini, yaitu informasi laba dapat digunakan untuk
berbagai macam tujuan. Misalnya, untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas
tiap-tiap kegiatan.
Kebaikan pendekatan kegiatan adalah:
1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang
memerlukan jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang
berasal dari pembelian dan penjualan surat berharga yang ditujukan pada usaha
memperoleh capital gain.
2. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba
diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku
dari jenis kegiatan yang berbeda.
Perbedaan yang mendasar pada kedua
pendekatan tersebut adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan kepada proses
pelaporan yang mengukur peristiwa ekstern, yaitu transaksi; sedangkan
pendekatan kegiatan didasarkan kepada konsep dunia yang nyata (real-world)
mengenai kegiatan atau peristiwa dalam arti yang luas.
3.1.3. LABA
MENURUT KONSEP LABA EKONOMI (ECONOMIC INCOME)
Pada awal
abad XX Fischer, lindhal dan hick (1946) menjelaskan secara spesifik
menyebutkan bahwa laba ekonomi (economic income) adalah jumlah maksimum
yang dapat dikonsumsi selama satu minggu tanpa harus mengurangi jumlah
kemakmuran pada awal periode, sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap:
1. Physical Income, Yaitu
konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik
dan pemenuhan kebutuhan. Laba jenis ini tidak dapat diukur.
2. Real Income, Adalah
ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran
yang dapat digunakan untuk real income ini adalah ‘biaya hidup’ (cost
of living). Dengan kata lain kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang
timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk
membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
3. Money Income, Merupakan
hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Menurut Ficher real income lebih dekat pada pengertian
akuntansi tentang income. Lindahl menganggap konsep laba sebagai
interest yaitu merupakan penghargaan yang terus menerus terhadap barang modal
sepanjang waktu. Perbedaan antar interest dengan konsumsi yang diharapkan pada
periode tertentu dianggap sebagai saving sehingga laba dianggap sebagai
konsumsi tambah saving.
4.1. LABA AKUNTANSI DARI SEGI SEMANTIK
Laba dari
segi semantik diartikan sebagai kesejahteraan dan kemakmuran (wealth)
atau diartikan sebagai perubahan kemakmuran, atau perubahan capital, atau
modal. Menurut Irving Fisher, laba adalah arus jasa atau aliran kemakmuran,
sedangkan modal adalah stock dari kemakmuran (stock of wealth).
Menurut
konsep kemakmuran, laba timbul jika ada aliran lebih yang masuk setelah aliran
pada awal periode dapat dipertahankan sampai pada akhir periode. Dengan adanya
pemikiran tersebut, maka timbul konsep dengan apa yang disebut mempertahankan
kemakmuran atau konsep mempertahankan modal (capital).
Konsep laba/income
menurut tingkatan semantik didasarkan pada hubungan antara fenomena (peristiwa
terjadinya income) dengan simbol yang mewakili dari fenomena tersebut.
Pada konsep ini dipengaruhi oleh konsep-konsep para ahli ekonomi yang
mengakibatkan ada masalah terhadap definisi capital dan income yang
belum dijabarkan secara jelas.
Hal tersebut
berakibat dalam penerapan dalam akuntansi dihubungkan dengan fenomena tersebut
yang menghasilkan konsep-konsep pengukuran laba didasarkan pada keadaan awal dan
keadaan akhir periode dapat dilakukan, dengan konsep sebagai berikut:
1. Capitalization adalah net assets pada awal
dan akhir periode dihitung dengan cara mengkapitalisasi semua arus kas dari
perusahaan kepada pemilik yang diharapkan dimasa-masa mendatang.
2. Market valuation adalah konsep capitalization
di atas akuntan dibebani tugas menaksir arus kas dikemudian hari. Dalam hal
ini, konsep market valuation of the firm, penentuan yang subjektif ini
diganti dengan penggunaan data pasar (bursa saham).
3. Current cash equivalent adalah
konsep pengukuran lan dengan alternatif lain untuk menilai perusahaan pada awal
dan akhir tahun adalah mengukur asset berdasarkan current cash equivalent
(CEE). CEE didefinisikan sebagai harga (pasar) jual atau realizable price dari
assets yang dipunyai oleh perusahaan.
4. Historical input prices adalah
dalam pengukurannya income merupakan selisih antara penilaian awal dan
akhir periode (capital maintenance concept).
5. Current input prices adalah income meliputi
capital gains atau capital losses karena perubahan harga, tanpa
memperhatikan apakah gains atau losses tersebut sudah atau belum
direalisasi lewat penjualan atau pertukaran.
6. Maintenance
of constant purchasing power adalah income diukur
berdasarkan keadaan nyatanya dan bukan dalam arti mempertahankan nilai-nilai
uang (maintaining monetory values).
4.1.1. LABA AKUNTANSI DARI SEGI PRAGMATIK
Pada tingkat
pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan pengguna laporan
keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa reaksi
usaha users dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari investor
dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan income atau reaksi
umpan balik (feedback) dari manajemen dan akuntan terhadap income yang
dilaporkan.
1. Laba sebagai alat prediksi
Angka laba dapat memberikan
informasi sebagai alat untuk menaksir dan menduga aliran kas untuk pembagian
dividen, dan sebagai alat untuk menaksir kemampuan perusahaan dalam manaksir earning
power dan nilai perusahaan di masa mendatang.
2. Laba sebagai alat pengendalian
manajemen
Laba dapat digunakan sebagai tolak
ukur bagi manajemen dalam mengukur kinerja manajer atau divisi dari suatu
perusahaan.
4.1.2. LABA MENURUT KONSEP CAPITAL MAINTENANCE
Menurut
konsep ini, laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan tetap masih
ada (capital maintained atau return on capital) atau biaya yang
dikeluarkan telah tertutupi (cost recovery) atau pengembalian modal return
of capital. Konsep ini dapat dinyatakan baik dalam ukuran uang (units of
money) yang disebut financial capital atau dalam ukuran tenaga
beli (general purchasing power) yang disebut physical capital.
Kedua konsep ini menghasilkan 4
konsep capital maintenance (Belkaoui):
1. Money maintenance, yaitu financial
capital yang diukur menurut unit uang. Konsep ini sama dengan konsep yang
dianut dalam conventional accounting.
2. General purchasing power
money maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut
tenaga beli yang sama. Konsep ini sama dengan konsep yang dianut dalam GPLA historical
cost accounting.
3. Productive capacity
maintenance yaitu physical capital yang diukur menurut unit uang.
Konsep ini sama dengan konsep yang dianut dalam current value accounting.
Current
value dapat dihitung dengan 3 metode:
a.
Capitalization atau present value method
Pengukuran Laba dalam Konsep
Mempertahankan Kapital yaitu:
Jenis-jenis kapital:
1.
Kapital
Finansial (Financial Capital)
Kapital financial merupakan
klaim dalam bentuk jumlah rupiah/dolar tanpa memperhatikan wujud fisiknya.
Dengan konsep ini, laba atau atau return atas capital financial
akan timbul bila jumlah rupiah klaim financial pada akhir periode
melebihi jumlah rupiah klaim financial pada awal (setelah pengaruh
transaksi pemilik dikeluarkan (Suwardjono).
Dalam analisis laporan keuangan,
kita mengenal Return on Assets (ROA) yang mengukur tingkat return atas financial
capital tersebut, dengan rumus seperti berikut:
ROA = Income
2. Kapital Fisik (Physical
Capital)
Kapital fisik
adalah sumber ekonomis yang dikuasai oleh entitas yang dipandang sebagai
kapasitas produksi fisik, yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa. Dengan
konsep ini, laba akan timbul/return atas kapital fisik (return on
physical capital) apabila kapasitas produksi fisik pada akhir periode
melebihi kapasitas produksi fisik pada awal periode. Kapital dapat
dipertahankan apabila asset nonmeter diukur atas dasar nilai sekarang (current
cost-nya) atau replacement cost-nya pada saat penilaian
Kapasitas produksi tersebut dapat
berupa:
- Aktiva
nonmoneter dimiliki perusahaan
- Volume
produksi
- Volume
penjualan
b. Current entry price
c. Current exit price
4.1.3. CAKUPAN LABA
Terdapat dua konsep cakupan laba,
yaitu:
1. Current Operating Concept
(Earnings)
Konsep laba
periode, menurut konsep ini income hanya meliputi item-item yang
sifatnya regular dan dari elemen-elemen pendapatan dan beban yang sifatnya
berulang (recurring) dan berasal dari operasi saat ini (current
operating). Item-item yang sifatnya irregular tidak dimasukkan
sebagai komponen laba, sehingga tidak mencerminkan earning power di
masa yang akan datang dari satu kesatuan usaha.
Konsep ini relevan dengan
kepentingan manajemen sebagai pengukur efisiensi, yaitu berkaitan dengan
pemanfaatan semua input dan sumber daya yang digunakan dalam rangka
menghasilkan laba.
Laba periode tidak memasukkan
pengaruh kumulatif akibat perubahan akuntansi. Misalnya: (1) pengaruh
penyesuaian akuntansi tertentu untuk periode lalu yang dialami dalam periode
berjalan; (2) perubahan aktiva bersih tertentu lainnya (holding gains and
losses) yang diakui pada periode berjalan seperti untung rugi perubahan
harga pasar investasi saham sementara, dan untung rugi penjabaran mata uang
asing. jadi yang menjadi penentu laba periode adalah pendapatan, biaya, untung
dan rugi yang benar-benar terjadi pada periode berjalan.
2. All
Inclusive Concept
Menurut
konsep ini, cakupan laba meliputi semua perubahan dan kenaikan net
assetselama periode tertentu, kecuali yang mengakibatkan dari investasi oleh
pemilik dan distribusi kepada pemilik (transaksi modal). Dalam konsep ini,
item-item yang sifatnya dan berasal dari aktivitas baik regular dan
nonreguler, recurring, maupun nonrecurring, termsuk dalam cakupan
laba.
Terdapat lima kategori irregular
items dalam konsep all inclusive tersebut, yaitu
sebagai berikut:
a. Item-item yang berasal dari operasi yang dihentikan (discontinued
operation), Penghentian segmen bisnis berarti kegiatan operasional bisnis
tersebut dihentikan atau dijual. Untung atau rugi yang akan diakui termasuk dua
faktor berikut:
- Laba atau rugi kegiatan segmen mulai tanggal pengukuran sampai tanggal
penghentian
- Untung atau rugi penghentian segmen
b. Extraordinary item
Adalah peristiwa atau transaksi yang
memiliki pengaruh material, dan diharapkan jarang terjadi serta tidak berasal
dari faktor yang sifatnya berulang-ulang dalam kegiatan usaha normal perusahaan
(APB Opinion No. 9:1966 par. 21)
Dengan dikeluarkannya APB Opinion No.
30, menyebutkan bahwa elemen laporan keuangan dikatakan sebagai extraordinary
item jika memenuhi dua syarat:
- Tidak umum (unusual),
artinya peristiwa atau transaksi yang harus memiliki tingkat ubnormal yang
tinggi dan tidak berkaitan dengan kegiatan normal perusahaan yang berlangsung
terus menerus.
- Jarang terjadi (infrequency
of occurrence), artinya peristiwa atau transaksi tersebut merupakan
tipe transaksi yang diharapkan jarang terjadi di masa mendatang.
c. Perubahan Akuntansi
Perubahan akuntansi dapat
dikelompokkan dalam tiga jenis:
- Perubahan prinsip akuntansi,
yaitu perubahan yang terjadi dimana perusahaan memilih metode akuntansi yang
berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. Misalnya: perubahan metode
penilaian persediaan dari FIFO ke Average.
- Perubahan estimasi akuntansi,
yaitu perubahan taksiran jumlah tertentu atas jumla taksiran yang telah
ditentukan pada periode sebelumnya. Misalnya: taksiran umur ekonomi aktiva
tetap, atau taksiran piutang tidak tertagih.
- Perubahan entitas pelaporan,
yaitu perubahan yang berkaitan dengan status entitas pelaporan sebagai akibat
konsolidasi perubahan anak perusahaan tertentu atau perubahan jumlah yang
dikonsolidasikan.
d. Penyesuaian periode sebelumnya
FASB mengeluarkan SFAC No.16, “Prior
Period Adjustment”, yang membatasi penyesuaian periode sebelumnya pada
elemen berikut:
- Koreksi kesalahan dalam
laporan keuangan periode sebelumnya
- Penyesuaian yang berasal dari
realisasi income tax benefit ataspreacquisition operating
loss carry-forward dari pembelian anak perusahaan.
- Kesalahan dalam pengukuran
laba periode sebelumnya (error in prior years income measurement) harus
dilaporkan sebagai penyesuaian retained earning (disesuaikan dalam retained
earning statement). Menurut FSAB konseb laba all inclusive ini
adalah konsep laba dengan apa yang dikenal dengan istilah laba komprehensif (comprehensive
income).
Financial Accounting
Standard Board (FASB) dalam SFAC Nomor 6, menyatakan bahwa:
Comprehensive
income adalah perubahan dalam ekuitas suatu perusahaan bisnis selama suatu
periode yang berasal dari transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa lain atau
kejadian lain yang bukan berasal dari sumber pemilik. Termasuk semua perubahan
dalam ekuitas selama periode tertentu kecuali yang diakibatkan dari investasi
oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Comprehensive Income
= Earning + Penyesuaian + Perubahan Ekuitas Lain
Kumulatif Selain dari Pemilik
Earning =
Revenue – Expenses + Gain – Losses
5.1. KONSEP
LABA DILIHAT DARI SISI KELOMPOK PENERIMANYA
Konsep laba
apabila dilihat dari sisi kelompok yang menerimanya terdapat 5 konsep laba,
yaitu:
1. Value added concept of income
Kelompok penerima: karyawan,
kreditor, pemerintah.
2. Enterprise’s net income
Kelompok penerima: pemegang saham,
pemegang obligasi, pemerintah.
3. Net income to investor
Kelompok penerima: pemegang saham
dan pemegang obligasi.
4. Net income to shareholder
Kelompok penerima: pemegang saham
biasa dan pemegang saham istimewa.
5. Net income to residual equity holder’s
Kelompok penerima: pemegang saham
biasa.
5.1.1. INCOME SMOOTHING
Perataan
laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai
trend atau level laba tertentu (Belkaoui, 1993). Definisi income smoothing
lainnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Beidelman (1973): Perataan
laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk
meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang
dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba
menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal
laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip
manajemen yang wajar (sound).
Hayworth
(1953) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba
adalah untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan, serta
meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Sementara itu, Gordon (1964)
mengajukan proposisi berkaitan dengan perataan laba sebagai berikut:
- Kriteria yang digunakan
manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan
kepuasan atau kemakmurannya.
- Kepuasan merupakan
fungsi dari keamanan pekerjaan, level dan tingkat pertumbuhan gaji serta level
dan tingkat pertumbuhan besaran (size) perusahaan.
- Kepuasan pemegang saham dan
kenaikan performan perusahaan dapat meningkatkan status dan reward bagi
manajer.
- Kepuasan yang sama tergantung
pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba perusahaan.
Dascher dan Malcolm (1970) membedakan bentuk income
smoothing menjadi dua yaitu
1.
Real Smoothing
Real smoothing berkaitan
dengan transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pada
pengaruh perataan terhadap laba.
2.
Artificial Smoothing
Artificial smoothing berkaitan dengan prosedur
akuntansi yang diterapkan untuk mengubah cost atau pendapatan dari satu periode
ke periode lain. (p. 253-254).
Penyajian Laba
Masalah konseptual yang erat
kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos-pos operasi dan
pos-pos transaksi dengan pemilik (transaksi modal). Pos-pos operasi dalam arti
luas (transaksi nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen laba rugi
sedangkan pos-pos yang jelas-jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui
statemen laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas.
BAB IV
PENUTUP
5.1.2. KESIMPULAN
Laba atau
keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi murni
didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil
penanaman modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara
itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan
dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal
pendefinisian biaya. Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya secara
akrual.
Di dalam
FASB konsep income di dalam teori akuntansi tersebut disebut dengan laba
komprehensif. Karena secara umum, akuntansi menganut konsep penandingan, konsep
kos historis, dan asas akrual, maka laba akuntansi yang sekarang dianut
dimaknai sebagai selisih pendapatan dan biaya.
Dalam teori
ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan
perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang
direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.
5.1.3. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, banyak hal yang perlu adanya
perbaikan-perbaikan dalam penyusunan makalah ini. Tak ada gading yang tak
retak. Untuk itu penyusun menyadari atas kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Antara lain masih banyaknya penulisan ejaan yang tidak sesuai, bahasa yang
terlalu kasar, banyak menyinggung orang lain, dan banyak yang bukan dari
pemikiran pribadi tertuang dalam penyusunan makalah ini. Harap dijadikan maklum
dan kritik serta saran yang membangun sangat saya harapkan untuk
perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir kata dengan kerendahan hati mohon maaf
yang sebesar-besarnya dan disampaikan terima kasih.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kami diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Makalah ini kami susun dengan
judul judul “Konsep Laba”. Makalah ini kami ajukan sebagai tugas dari mata
kuliah Teori Akuntansi.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Mujiyani selaku
dosen Teori Akuntansi yang telah membimbing dan memberi kuliah demi lancarnya
tugas ini. Juga rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan
untuk makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun semoga bermanfaat
dapat memenuhi tugas Teori Akuntansi. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Salah satu fungsi akuntansi adalah
melakukan pengukuran termasuk pengukuran prestasi, hasil usaha, laba maupun
posisi keuangan. Salah satu isu berat dalam pengukuran itu adalah pengukuran
laba. Pengukuran laba ini salah satunya sangat penting untuk menentukan
prestasi perusahaan.
Laba merupakan elemen yang paling
menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk
merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dari sudut pandang
perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan
menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva
bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang
terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain
yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.
Pengertian laba secara umum adalah
selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode)
tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak,
kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur
prediksi.
Dalam teori ekonomi, para ekonom
mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan
dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari
transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
pada periode tertentu. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan
menyajikan laba ekonomi, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi
laba yang dapat digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomi yang gilirannya
untuk menentukan nilai ekonomi perusahaan.
Siapa pun yang melakukan kegiatan
bisnis pasti memiliki alasan ekonomis yaitu mendapatkan laba. Oleh karena itu,
pelaku bisnis harus bisa memiliki pandangan tentang apa yang dimaksud laba
menurutnya dan bagaimana menentukan laba tersebut. Banyak pandangan dan praktik
di masyarakat dalam pengukuran laba ini. Karena perbedaan pandangan tersebutlah
maka muncul berbagai polemik atau perbedaan persepsi tentang laba ini.
Mata Kuliah : Teori Akuntansi
Prog Studi : S1 Akuntansi C1
Semester : Genap
Tugas : Makalah
Dosen Pengarah : Diah Ayu
Gustiningsih,S.Pd,M.Ak.
PENGUNGKAPAN
PERTANGGUNG JAWABAN SOSIAL
OLEH
:
Nama : Jumse
Kelas : Ak C-1
Nim : 1412398
SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
TRI
DARMA NUSANTARA
MAKASSAR
2016